Masjid
ini berada di Desa Minomartani, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, DI Yogyakarta, untuk
menuju kesana anda tinggal mengikuti jalan kaliurang km 9 sebelum lampu merah
ada pertigaan belok ke timur dan cari perempatan yang ada 4 penunjuk arah dan
belok ke arah minomartani keselatan,dan lurus terus mengikuti alur jalan anda
akan menemukan masjid ini.
Masjid
ini dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono III yang merupakan ayahanda
P. Diponegoro, Masjid Pathok Negoro Plosokuning bermula dari riwayat Amangkurat
IV sebagai Raja Mataram Islam yang memerintah pada tahun 1719-1727 M. Beliau
memiliki tiga orang putra yakni, Raden Mas Ichsan, Pangeran Adipati Anom, serta
Pangeran Mangkubumi. Pangeran Adipati Anom menjadi Raja dengan gelar Pakubuwono
II dengan ibu kota Surakarta Hadiningrat (1727-1749 M). Sesudah terjadi
perjanjian Giyanti pada tahun 1755 M, Pangeran Mangkubumi (saudara muda
Pakubuwono II) diangkat menjadi Raja Ngayogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku
Buwono I dengan ibu kota Ngayogyokarto Hadiningrat (1755-1792 M). Sesudah
Sultan Hamengku Buwono I wafat, kemudian digantikan oleh Sultan Hamengku Buwono
II, yang memerintah pada tahun 1792-1812. Lalu diganti oleh Hamengku Buwono III
yang memerintah pada tahun 1812-1814. Beliau adalah ayahanda pangeran
Diponegoro. Pada masa pemerintahan Sultan inilah, Masjid Besar Plosokuning didirikan,
yaitu ketika Kyai Raden Mustafa (Hanafi I) menjadi Abdi Dalem Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat yang berkedudukan di Plosokuning.
Masjid
Pathok Nagari Sulthoni Plosokuning berdiri di atas tanah Kasultanan Yogyakarta seluas
2.500 meter persegi. Pada saat didirikan, bangunan masjid hanya seluas 288 m2,
tetapi setelah pengembangan bangunan masjid berkembang menjadi seluas 328 m2.
Di antara kelima Masjid Pathok Nagari milik Keraton Yogyakarta, Masjid Pathok
Nagari "Sulthoni" di Plosokuning adalah bangunan yang paling terjaga
kelestariannya sehingga dinobatkan menjadi cagar budaya oleh Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata RI.
Arsitektur
masjid ini masih mempertahankan bentuk aslinya, dengan kolam ikan yang
mengelilingi bagian depan masjid ini semakin memperindah dan membuat nyaman
siapa saja yang malaksanakan ibadah dimasjid ini, warga disana pun juga sangat
ramah, namun arsitektur tradisionalnya pun telah banyak mengalami perubahan dan
salah satu penyebab semua itu adalah masuknya arsitektur modern di Indonesia.
Hal di atas juga berpengaruh terhadap Masjid Pathok Nagari yang ada. Pada
bagian lantai masjid dahulu diplester biasa dengan menggunakan semen merah,
kemudian pada tahun 1976 lantai masjid ini diganti dengan tegel biasa. Begitu
juga dengan daun pintu dan temboknya dilakukan penggantian pada tahun 1984.
Dulu
tembok dinding masjid setebal 2 batu, namun karena terkikis terus menerus
sekarang tinggal 1 batu. Dahulu pintu masjid hanya ada satu dan sangat rendah
yang menyebabkan ruang masjid menjadi gelap. Pintu yang rendah ini dimaksudkan
agar setiap orang yang masuk masjid hendaknya menunduk dan menunjukkan rasa
tatakrama serta sopan santun terhadap masjid. Keadaan demikian menyebabkan
ruangan di dalam masjid menjadi gelap, sehingga pada tahun 1984 ditambah pintu
masuk masjid menjadi 3 bagian serta ditambah jendela di ruang dalam masjid.
Tahun
2000 Masjid Plosokuning mengalami renovasi pada 4 tiang utama dan beberapa
elemen lainnya. Pada tahun 2001, Dinas Kebudayaan Provinsi DIY kembali
mengalami renovasi masjid pada bagian serambi dan tempat wudhu. Pada tahun ini
pula masyarakat secara swadaya mengganti lantai tegel masjid dengan keramik,
memasang konblok di halaman serta mendirikan menara pengeras suara.
Di
masjid ini ada tiga bagian undakan, tiga undakan pertama menunjukkan tiga
elemen yakni Iman, Islam, dan ikhsan. lima undakan kedua menunjukkan bahwa
rukun islam ada lima, dan enam undakan ke tiga bertujuan menunjukkan bahwa
rukun uman ada enam, Masjid Pathok Nagari mempunyai ciri beratap tajuk dengan
tumpang dua. Mahkota masjid juga mempunyai kesamaan, yakni terbuat dari tanah
liat dan atap masjid terbuat dari sirap. Perbedaan jumlah tumpang menandakan
bahwa masjid pathok nagari lebih rendah kedudukannya dibandingkan dengan masjid
Agung Yogyakarta yang mempunyai atap tajuk bertumpang tiga. Ciri-ciri lain dari
kekhasan Masjid Pathok Nagari ini adalah pada masing-masing masjid terdapat
kolam keliling, dua kolam dengan kedalaman 3 meter, Setiap
orang yang akan memasuki masjid harus bersuci terlebih dahulu di kolam itu.
Makna lain dari 2 kolam ini adalah apabila kita menuntut ilmu haruslah
sedalam-dalamnya. Saat ini kolam tersebut juga digunakan untuk memelihara ikan
serta untuk mencuci kaki sebelum masuk ke masjidpohon sawo kecik dan terdapat mimbar yang ada di dalam
masjid.
Dari
kelima masjid yang ada, hanya Masjid Pathok Nagari Plosokuning saja yang sampai
saat ini masih mempertahankan bentuk aslinya. Keaslian Masjid Pathok Nagari
Plosokuning dapat terlihat pada bagian atap di mana di atasnya terdapat mahkota
gada bersulur yang terbuat dari tanah liat, dan sampai sekarang masih terpasang
di puncak atap masjid. Dulu, penutup atap masjid menggunakan sirap namun atap
sirap ini kemudian diganti dengan genteng pada tahun 1946.
Pada
momen-momen tertentu, di masjid ini juga dilaksanakan kegiatan keagamaan yang
diikuti oleh keluarga keraton, semisal tradisi Bukhorenan. Tradisi ini sudah
menjadi bagian dari tradisi keraton yang lestari hingga sekarang. Maksud dan
tujuannya tidak lain adalah untuk mengkaji ajaran dan tuntunan Nabi dengan
membaca dan memahami hadist-hadist yang terdapat dalam Sahih Bukhari
Foto : Muhammad Husein
Pengen nih kemasjid ini
ReplyDeletemasjidnya keren loo, gak nyesel ko' dateng kesini sekalian wisata rohani :)
Delete