Pantai nampu adalah pantai yang terletak di Desa Gunturharjo, Kecamatan Pranggupito, wonogiri, dan mungkin belum terlalu terkenal di kalangan masyarakat, apalagi seperti saya yang jauh jauh dari yogyakarta, tertarik untuk mampir ke pantai ini karna melihat papan penunjuk arah ke pantai nampu saat sedang menuju pantai klayar di pacitan melewati jalur alternatif.
Monday, 3 December 2012
Pantai Klayar : Jeritan ombak diantara surga dan neraka.
Pantai klayar adalah pantai yang terletak 45 km dari kota pacitan, jawa timur, kota yang terkenal dengan sebutan kota 1001 goa inimempunyai banyak sekali obyek pariwisata yang tak kalahnya dengan pantai yang ada di luar negeri.
Minggu pagi yang indah,
Sunday, 11 November 2012
Pantai Wediombo : Pantai perawan dengan teluknya yang indah
Sunday, 21 October 2012
Pantai Ngobaran : Keindahan Pantai nan mistis dengan alga yang eksotis
Pada hari minggu kuturut ayah ke ... #eh, hari sabtu bah :D , hari sabtu kemarin emang waktu yang pas buat cooling down, awalnya gak ada rencana buat jalan jalan jauh sampe pantai wonosari gitu, biasanya cuma sekitaran kota jogja aja, tapi tiba tiba kepengen aja ke ngobaran, langsung deh packing kamera beserta kawan kawannya, checking kondisi motor cuzz langsung meluncur, namun belum keluar dari halaman rumah bingung, ke ngobaran lewat mana yah, hdoohh yang gue inget cuma nyampe pertigaan lapangan pesawat, habis tu blonk hehe :))
Sunday, 9 September 2012
Pesanggrahan Warungboto ( Pesanggrahan Rejowinangun )
Di hari minggu yang kurang kerjaan ini, aku berencana untuk mendaki gunung api purbakala nglanggeran, namun gak ada yang mau ikut -__- tepaksa nganggur lagi, ditambah perkuliahan yang belum masuk mau ngapain, akhirnya jalan jalan ketemu sama reruntuhan bangunan tua yang bertuliskan Pesanggrahan Warungboto, wah sekalian aja tak jelajahi, apalagi masuk kesana kan gratis hhe.
Tempat ini bisa ditemukan di jl.
Saturday, 8 September 2012
Masjid Pathok Nurul Huda Dongkelan (dongkelan kauman)
Bulan puasa memang bulan yang penuh berkah, alhamdulillah puasa kemarin aku telah berhasil menyelesaikan targetku salah satunya menemukan dan mengunjungi semua masjid pathok nagari yang ada, salah satunya ya masjid ini, Masjid Pathok Nurul Huda Dongkelan, awalnya agak susah untuk mencari jalan menuju masjid ini, karna idak adanya penunjuk arah untuk menuju masjid ini, tidak seperti di masjid pathok babadan, letaknya pun berada di dalam gang gang kecil, namun mobil masih bisa masuk.
Masjid Nurul Huda Dongkelan ini
Monday, 3 September 2012
Masjid Sultan Agung Babadan Baru ( Bagian dari masjid pathok Ad-Darojat Babadan)
Saturday, 1 September 2012
Masjid Taqwa Wonokromo ( Masjid Pathok selatan )
Masjid
ini tempatnya deket tempuran sungai opak dan oya lo dan jarak dari kota jogja
ke masjid ini cukup jauh menurut saya bila harus naik sepeda kesini hhe ya
maklum ga biasa naik sepeda, tepatnya di daerah wonokromo, Pleret, Bantul,
Yogyakarta, jadi dari perempatan terminal giwangan lurus terus ke selatan ke
jl.imogiri timur tepatnya di km.10 ada gang di sebelah timur jalan masuk
sedikit anda bisa menemukan masjid ini.
Dengan
luas 5000 meter persegi. Luas bangunan masjid saat didirikan adalah 420 meter
persegi dan hingga kini telah dilakukan pengembangan sehingga luasnya menjadi
750 meter persegi. Bagian serambi luasnya 250 meter persegi, dan ada ruang
perpustakaan seluas 90 meter persegi, dan halaman seluas 4000 meter persegi,
menurutku ini masjid yang paling lebar diantara masjid yang lainnya :D .
Dulu
ketika Kyai Muhammad Fakih mendirikan masjid ini, masjid ini tidak ada namanya.
Saat itu, masyarakat mengenalnya dengan sebutan masjid Wonokromo. Pada saat
kepengurusan masjid dipegang oleh Kyai Makmun, masjid diberi nama Masjid Taqwa,
bukan Masjid at-Taqwa.
Ada
argumen yang diberikan Kyai Makmun kenapa masjid ini diberi nama masjid Taqwa
dan bukan Masjis at-Taqwa. Kata taqwa adalah bentuk isim nakiroh, yang
mengandung pengertian umum untuk siapa saja. Siapa saja dari tingkatan kyai
sampai dengan tingkat orang awam sekalipun boleh beribadah di masjid ini, tak
ada bedanya dengan siapa pun. Termasuk yang boleh masuk ke masjid ini tidak
hanya warga Wonokromo, tapi juga warga lainnya. Lain dengan kata at-Taqwa dalam
bentuk isim ma'rifah, yang mengandung pengertian khusus, bahwa yang boleh masuk
masjid hanya para kyai saja. Atau masjid ini hanya khusus untuk warga Wonokromo
saja.
Pemberian nama ini dilakukan secara resmi dengan membuka selubung papan nama yang lakukan oleh Kyi Makmun, selubung papan nama Masjid Taqwa pada saat itu digantung di kanopi (kuncungan) di serambi masjid.
Masjid ini didirkan pertama kali oleh Kyai Mohammad Fakih. Beliau adalah seorang guru agama Islam Bertempat tinggal di desa Ketonggo. Dan dikenal dengan panggilan "Kyai Welit". Karena beliau senang menganyam daun alang alang menjadi atap atau disebut welit.
Kyai Muhammad Fakih merupakan guru sekaligus kakak ipar dari Sultan Hamengkubuwono I (Raja Yokyakarta) Karena Sultan Sultan Hamengkubuwono menikah dengan putri kedua Ki Derpoyudo sedangkan Kyai Muhammad Fakih menikah dengan putri pertama Ki Derpoyodo yang merupakan seorang tokoh masyarakat Laweyan Surakarta
Pada suatu ketika Sultan Hamengkubuwono I hendak menemui Kyai Moh Fakih. Setelah bertemu, Sultan Hamengkubuwono I mengutarakan kehendaknya untuk menuntut ilmu atau "ngangsu kaweruh". Namun Kyai Moh. Fakih merasa keberatan, karena pada prinsipnya beliau memberikan ilmu hanya kepada murid-muridnya. Maka setelah itu, Sultan Hamengkubuwono I menyamar sebagai utusan Sultan. Penyamarannya ini tidak diketahui oleh Kyai Moh. Fakih. Karena niatnya yang sungguh-sungguh agar diterima sebagai murid, maka permintaan itupun dikabulkannya. Pada saat itu Sultan meminta nasehat kepada Kyai Moh. Fakih tentang bagaimana negara menjadi aman. Kyai Moh. Fakih menasehatkan, pertama, agar Sultan melantik orang-orang yang dapat mengajar dan menuntun akhlak dan budi pekerti yang disebut "Pathok".
Pathok-pathok ini dikemudian hari
karena jabatannya itu kemudian dianugerahi tanah perdikan (tanah bebas
pajak). Kedua, Sultan harus memilih "Kenthol" (kepala pedesaan/desa)
yang karena tugasnya ia diberi tanah pelungguh. Saran tersebut disetujui
oleh Sultan Hamengkubuwono I. Pathok-pathok tersebut ditempatkan di
desa Mlangi, Plosokuning, Babadan Gedong Kuning, Ringinsari Genthan,
Demak Ijo, Klegum, Godean dan Jumeneng. Akhirnya Sultan memohon kepada
Kyai Moh. Fakih agar sudi bersembahyang Jum'at di masjid Besar
Yogyakarta, di hari Jum'at Kliwon. Selain itu Sultan mengutus utusan ke
Laweyan Surakarta, memohon kepada Ki Derpoyudo agar bersedia
bersembahyang pula di Masjid Besar Yogyakarta di hari jum'at Kliwon,
sebab setelah selesai sholat Jum'at Sultan akan mengadakan sarasehan.
Sarasehan yang di lakukan setelah sholat Jum'at itu antara lain diikuti oleh
Sultan Hamengkubuwono I, Kyai Moh. Fakih dan Ki Derpoyudo yang intinya
membicarakan bagaimana agar negara bisa menjadi aman tentram. Pada saat itu Ki
Derpoyudo memberikan keterangan kepada Sultan Hamengkubuwono I bahwa, Kyai Moh.
Fakih itu adalah putra menantu dari anaknya yang sulung. Dengan kata lain, Kyai
Moh Fakih adalah kakak ipar Sultan Hamengkubuwono I, sebab Sultan adalah
menantu Ki Derpoyudo dari putrinya yang kedua. Sejak peristiwa itu, Sultan sangat cinta dan asih kepada Kyai Moh. Fakih,
karena di samping kakak iparnya, ia juga sebagai gurunya, sehingga ia sering
dipanggil "Ngabiyantoro" (menghadap ke Kraton).
Pada
tahun 1702-1775 M Sultan Hamengkubuwono I berniat menunaikan ibadah
haji. Karena keadaan belum begitu aman, beliau mengutus Kyai Moh. Fakih
ke Mekah untuk menghajikan Sultan. Kyai Moh. Fakih bermukim selama dua
tahun di Mekah, sebab di tahun pertama ia menunaikan ibadah haji untuk
dirinya sendiri, dan di tahun ke dua ia menunaikan ibadah haji untuk
Sultan. Pada tahun 1701 1774 M dengan candra sengkala "Nyata Luhur
Pendhita Ratu" Kyai Moh. Fakih dilantik menjadi kepala Pathok, dan
dianugerahi tanah perdikan di sebelah selatan Ketonggo, yang masih
berupa hutan. Karena hutan tersebut banyak ditumbuhi pohon awar-awar,
maka disebut "alas awar-awar". Tanah anugrah Sultan yang masih berwujud
hutan awar-awar itu kemudian dibuka dan kemudian didirikan sebuah masjid
kecil.
Setelah selesai, Kyai Moh. Fakih ngabiyantoro (menghadap) kepada Sultan untuk menyampaikan laporan bahwa di atas tanah perdikan itu sudah didirikan sebuah masjid. Atas amanat (kehendak) Sultan Hamengkubuwono maka hutan awar-awar yang sudah di buka dan sudah didirikan masjid itu diberi nama "WA ANA KAROMA" yang maksudnya "Supaya benar-benar Mulya" atau "Agar Mulya Sungguh-sungguh". Pengangkatan Kyai Moh. Fakih menjadi Kepala Phathok Negara itu hanyalah karena semata cinta dan asihnya dan jasa Kyai Moh. Fakih yang sangat besar terhadap negara.
Kyai Muhammad Fakih ini juga disebut juga Kyai Sedo Laut (meninggal di laut) karena sepulang dari tanah suci pada tahun 1757, kapal yang ditumpanginya karam di selat Malaka. Kyai Muhammad Fakih karam di laut, sedang putranya KH Abdullah terdampar di selat Malaka.
Awalnya bentuk bangunan masjid Taqwa berbentuk kerucut dengan mustaka dari kuwali tanah liat, serambi bentuk limasan dengan satu pintu didepan, bahan dari bambu, atap dari welit berupa anyaman ilalang, dinding dari anyaman bambu atau gedhek, tempat wudhu dari padasan ditempatkan disisi utara dan selatan halaman masjid. Pada tahun 1867 atap diganti dengan genteng, kemudian dinding dari batu bata, serta lantai campuran dari gamping dan tumbukan bata merah serta pasir.
Tidak hanya bentuk bangunannya yang diubah oleh Kyai Muhammad Fakih II. Kerangka yang semula bambu sebagian besar diganti dengan kayu nangka dan sebagian dengan gelugu. Tembok yang semula hanya dari gedhek (anyaman bambu) diganti dengan batu bata yang direkatkan dengan tanah liat yang diplester dengan adukan aci gamping dengan tumbukan bata dan pasir. Demikian juga lantainya dibuat dari bata yang ditata lalu diplester dengan adonan seperti membuat tembok. Oleh Kyai Muhammad Fakih II, ruangan di dalam masjid ditambah. Di sisi kiri dan kanan bangunan masjid atau sebelah utara dan selatan ruangan masjid dibuat ruangan untuk jamaah sholat bagi kaum putri yang disebut pawestren. Tempat wudhu yang semula dari padasan, kemudian dibuatkan kolam di depan serambi masjid. Air dialirkan dari sungai Belik.
Tahun 1913 kembali mengalami perombakan berupa penggantian kerangka bambu diganti dengan kerangka kayu nangka. masjid taqwa, masjid wonokromo, masjidDan setelah mengalami beberapa kali renovasi akhirnya secara total pada tahun 1986 setelah mendapat bantuan dari presiden RI dibangun dengn konstruksi beton bertulang, dengan tidak meninggalkan corak kejawennya sesaui surat perintah dari Keraton. Termasuk pemilihan warna cat yang berupa komposisi hijau, kuning, merah dan kuning emas (prodo). Hal ini dikarena warna warna tersebut mempunyai filosofis yang dalam. Dan Pada tahun 2003 kembali mendapat bantuan dari Dinas pariwisata Yogyakarta dan dipergunakan untuk pembangunan gedung pertemuan di bagian utara serambi masjid serta menghidupkan kembali kolam di depan sisi kiri dan kanan serambi masjid, juga penyempurnaan dapur untuk memasak air pada saat dilaksanakan hari-hari besar Islam di masjid taqwa.
Zaman dulu, di depan masjid dibangun tempat wudhu. Airnya diambil dari sungai Belik yang dialirkan melalui parit. Fungsi kolam selain untuk berwudhu juga berfungsi unuk menghukum orang yang salah dalam memukul kenthongan dan bedhuk, dengan diceburkan di dalam kolam. untuk tanda waktu masuk sholat, selain adzan, dibuat kenthongan dan bedhuk. Suara dan irama bedhuk di hari-hari biasa lain dengan saat tanda masuk sholat 'ashar di hari Kamis. Suara irama bedhuk disebut dengan sarwo lemah, 'asar dowo malem jemuah. Kalau saat masuknya waktu 'ashar di hari Kamis, bedhuk itu dipukul dengan nada dan irama yang khas dan panjang (dowo). Maka apabila suara bedhuk dipukul panjang menandakan bahwa nanti malam adalah malam Jum'ah. Apalagi saat-saat menjelang pelaksanaan sholat Jum'ah, setengah jam sebelumnya bedhuk ditabuh bertalu-talu. Di akhir pemukulan bedhuk disela-selai pemukulan kenthongan. Ini menandakan bahwa pelaksanaan ibadah Jum'ah sudah akan dimulai.
Tahun 1973 M, seorang warga Wonokromo, Muhammad Asnawi Muslikh, menyumbangkan seperangkat alat pengeras suara yang digerakkan dengan accu 12 volt untuk mengumandangkan adzan. Maka pada tahun inilah ada tonggak sejarah masjid adzan dikumandangkan dengan pengeras suara. Pada saat itu, peristiwa ini menjadi sangat surprise, karena saat itu inilah satu-satunya masjid selatan negoro yang memakai pengeras.
Masjid ini juga dikelilingi pondok-pondok pesantren, banyak orang dari luar daerah yang menjadi santri disini, daerah sekitar masjid ini dahulu merupakan kota kecil di pedesaan dan sangat ramai dikunjungi orang untuk mendapatkan pelajaran agama, bahkan sampai sekarang masih merupakan pusat-pusat pengajian.
Tradisi Masjid Taqwa Wonokromo
Bunyi Beduk dan kentongan yang khasUntuk tanda waktu masuk sholat, selain azan, dibuat kentongan dan beduk. Suara dan irama beduk di hari-hari biasa berbeda dengan saat tanda masuk sholat ashar di hari Kamis. Suara irama beduk disebut dengan sarwo lemah, asar dowo malem jemuah. Bila tiba waktu ashar di hari Kamis, beduk itu dipukul dengan nada dan irama yang khas dan panjang. Artinya apabila terdengar suara beduk dipukul panjang menandakan bahwa nanti malam adalah malam Jum'at.
Di hari Jum'at, setengah jam sebelum tiba waktu sholat jum’at, beduk ditabuh bertalu-talu. Di akhir pemukulan bedhuk sisipi pemukulan kenthongan. Ini menandakan bahwa pelaksanaan ibadah Jum'ah sudah akan dimulai.
Azan Limo
pada saat sholat Jum'at, pelaksanaan adzan dilakukan dua kali. Adzan pertama dilakukan sebagai tanda saat masuknya waktu sholat dhuhur (masuk waktu sholat Jum'at). Pada saat adzan pertama, baik petugas untuk adzan subuh, dzuhur, 'asar, maghrib, isya' berjajar-jajar di depan mimbar, mengumandangkan adzan bersama-sama. Hal ini dimaksudkan supaya ada keadilan, bersatu dan bertemunya para muadzin dari masing-masing waktu, maka di sini dikenal dengan istilah adzan limo
Bodho Kupatan
Adalah tradisi saling memaafkan setelah puasa sunat Syawal bulan syawal
Pengurus Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo
Otoritas KyaiPada awal berdirinya, belum dikenal istilah takmir masjid untuk mereka yang mengurusi masjid. Urusan masjid mutlak berada di tangan otoritas Kyai, baik untuk urusan fisik masjid maupun urusan peribadatannya.
Khodimul Ummah
Tahun 1913 M orang-orang yang mengurus segala urusan masjid baik fisik maupun peribadatan disebut dengan istilah khodimul ummah. Perangkat pengurus masjid memiliki nama dan peran masing masing misalnya : khotib disebut abdidalem kaji selosin. Muadzin disebut abdidalem muadzin. Masing masing muadzin memiliki tugas masing-masing di masing masing 5 waktu sholat. Adapun orang-orang yang mengurus urusan fisik masjid dari menyapu lantai hingga menggelar tikar untuk sholat dan mengisi air wudhu disebut dengan abdidalem merbot. Semua yang mengurus fisik masjid ini mendapat Surat Keputusan (SK) dari Kraton Ngayogyokarto yang disebut dengan Serat Kekancingan.
Imamah
Tahun 1969 M, pola kepengurusan masjid diganti dengan sistem imamah. Segala sesuatu yang menyangkut urusan masjid secara mutlak keputusannya di tangan imam. Pada periode itu imamnya adalah Kyai Makmun.
Takmir
Selain itu, sudah ada pengorganisasian tentang perangkat masjid. Misalnya khotib disebut abdidalem kaji selosin. Muadzin disebut abdidalem muadzin. Masing-masing muadzin sudah memiliki tugas masing-masing. Yang istimewa, pada saat sholat Jum'at, pelaksanaan adzan dilakukan dua kali. Adzan pertama dilakukan sebagai tanda saat masuknya waktu sholat dhuhur (masuk waktu sholat Jum'at). Pada saat adzan pertama, baik petugas untuk adzan subuh, dzuhur, 'asar, maghrib, isya' berjajar-jajar di depan mimbar, mengumandangkan adzan bersama-sama.
Hal ini dimaksudkan supaya ada keadilan, bersatu dan bertemunya para muadzin dari masing-masing waktu, maka di sini dikenal dengan istilah adzan limo. Adapun orang-orang yang mengurus urusan fisik masjid dari menyapu lantai hingga menggelar tikar untuk sholat dan mengisi air wudhu disebut dengan abdidalem merbot. Semua yang mengurus fisik masjid ini mendapat Surat Keputusan (SK) dari Kraton Ngayogyokarto yang disebut dengan Serat Kekancingan.
Paska wafatnya Kyai Makmun tanggal 2 Mei 1990 M. pola kepengurusan masjid diganti dengan takmir masjid sampai sekarang. Berikut daftar kepengurusan masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo sejak awal hingga tahun 2007.
Kyai
Muhammad Fakih
|
(1755 1763 M)
|
Kyai
Abdullah
|
(1763 1808
M)
|
Kyai
Ibrahim
|
(1708 1863
M)
|
Kyai
Muhammad Fakih II
|
(1863 1913
M)
|
Kyai Moh
Dahlan atau K.R.T. H. Badaruningrat
|
(1913 1953
M)
|
Kyai
Dimyati
|
(1953 1969
M)
|
Kyai Makmun
|
(1969 1990
M)
|
Kyai Moh
Syifak
|
(1990 1994
M)
|
R. Zaenuri
Isma'il
|
(1994 1997
M)
|
Drs.
Muhammad Wakhid
|
(1997 2000
M)
|
Kyai
Isma'il
|
(2000 2003
M)
|
Kyai Ismail
|
(2003 2006
M)
|
Kyai Ismail
|
(2006
sekarang).
|
Foto : Muhammad Husein
ref : gudeg.net, Pengalaman pribadi, onthelphotorono
Friday, 31 August 2012
Masjid Sulthoni Plosokuning (Masjid Pathok utara)
Masjid
ini berada di Desa Minomartani, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, DI Yogyakarta, untuk
menuju kesana anda tinggal mengikuti jalan kaliurang km 9 sebelum lampu merah
ada pertigaan belok ke timur dan cari perempatan yang ada 4 penunjuk arah dan
belok ke arah minomartani keselatan,dan lurus terus mengikuti alur jalan anda
akan menemukan masjid ini.
Masjid
ini dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono III yang merupakan ayahanda
P. Diponegoro, Masjid Pathok Negoro Plosokuning bermula dari riwayat Amangkurat
IV sebagai Raja Mataram Islam yang memerintah pada tahun 1719-1727 M. Beliau
memiliki tiga orang putra yakni, Raden Mas Ichsan, Pangeran Adipati Anom, serta
Pangeran Mangkubumi. Pangeran Adipati Anom menjadi Raja dengan gelar Pakubuwono
II dengan ibu kota Surakarta Hadiningrat (1727-1749 M). Sesudah terjadi
perjanjian Giyanti pada tahun 1755 M, Pangeran Mangkubumi (saudara muda
Pakubuwono II) diangkat menjadi Raja Ngayogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku
Buwono I dengan ibu kota Ngayogyokarto Hadiningrat (1755-1792 M). Sesudah
Sultan Hamengku Buwono I wafat, kemudian digantikan oleh Sultan Hamengku Buwono
II, yang memerintah pada tahun 1792-1812. Lalu diganti oleh Hamengku Buwono III
yang memerintah pada tahun 1812-1814. Beliau adalah ayahanda pangeran
Diponegoro. Pada masa pemerintahan Sultan inilah, Masjid Besar Plosokuning didirikan,
yaitu ketika Kyai Raden Mustafa (Hanafi I) menjadi Abdi Dalem Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat yang berkedudukan di Plosokuning.
Masjid
Pathok Nagari Sulthoni Plosokuning berdiri di atas tanah Kasultanan Yogyakarta seluas
2.500 meter persegi. Pada saat didirikan, bangunan masjid hanya seluas 288 m2,
tetapi setelah pengembangan bangunan masjid berkembang menjadi seluas 328 m2.
Di antara kelima Masjid Pathok Nagari milik Keraton Yogyakarta, Masjid Pathok
Nagari "Sulthoni" di Plosokuning adalah bangunan yang paling terjaga
kelestariannya sehingga dinobatkan menjadi cagar budaya oleh Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata RI.
Arsitektur
masjid ini masih mempertahankan bentuk aslinya, dengan kolam ikan yang
mengelilingi bagian depan masjid ini semakin memperindah dan membuat nyaman
siapa saja yang malaksanakan ibadah dimasjid ini, warga disana pun juga sangat
ramah, namun arsitektur tradisionalnya pun telah banyak mengalami perubahan dan
salah satu penyebab semua itu adalah masuknya arsitektur modern di Indonesia.
Hal di atas juga berpengaruh terhadap Masjid Pathok Nagari yang ada. Pada
bagian lantai masjid dahulu diplester biasa dengan menggunakan semen merah,
kemudian pada tahun 1976 lantai masjid ini diganti dengan tegel biasa. Begitu
juga dengan daun pintu dan temboknya dilakukan penggantian pada tahun 1984.
Dulu
tembok dinding masjid setebal 2 batu, namun karena terkikis terus menerus
sekarang tinggal 1 batu. Dahulu pintu masjid hanya ada satu dan sangat rendah
yang menyebabkan ruang masjid menjadi gelap. Pintu yang rendah ini dimaksudkan
agar setiap orang yang masuk masjid hendaknya menunduk dan menunjukkan rasa
tatakrama serta sopan santun terhadap masjid. Keadaan demikian menyebabkan
ruangan di dalam masjid menjadi gelap, sehingga pada tahun 1984 ditambah pintu
masuk masjid menjadi 3 bagian serta ditambah jendela di ruang dalam masjid.
Tahun
2000 Masjid Plosokuning mengalami renovasi pada 4 tiang utama dan beberapa
elemen lainnya. Pada tahun 2001, Dinas Kebudayaan Provinsi DIY kembali
mengalami renovasi masjid pada bagian serambi dan tempat wudhu. Pada tahun ini
pula masyarakat secara swadaya mengganti lantai tegel masjid dengan keramik,
memasang konblok di halaman serta mendirikan menara pengeras suara.
Di
masjid ini ada tiga bagian undakan, tiga undakan pertama menunjukkan tiga
elemen yakni Iman, Islam, dan ikhsan. lima undakan kedua menunjukkan bahwa
rukun islam ada lima, dan enam undakan ke tiga bertujuan menunjukkan bahwa
rukun uman ada enam, Masjid Pathok Nagari mempunyai ciri beratap tajuk dengan
tumpang dua. Mahkota masjid juga mempunyai kesamaan, yakni terbuat dari tanah
liat dan atap masjid terbuat dari sirap. Perbedaan jumlah tumpang menandakan
bahwa masjid pathok nagari lebih rendah kedudukannya dibandingkan dengan masjid
Agung Yogyakarta yang mempunyai atap tajuk bertumpang tiga. Ciri-ciri lain dari
kekhasan Masjid Pathok Nagari ini adalah pada masing-masing masjid terdapat
kolam keliling, dua kolam dengan kedalaman 3 meter, Setiap
orang yang akan memasuki masjid harus bersuci terlebih dahulu di kolam itu.
Makna lain dari 2 kolam ini adalah apabila kita menuntut ilmu haruslah
sedalam-dalamnya. Saat ini kolam tersebut juga digunakan untuk memelihara ikan
serta untuk mencuci kaki sebelum masuk ke masjidpohon sawo kecik dan terdapat mimbar yang ada di dalam
masjid.
Dari
kelima masjid yang ada, hanya Masjid Pathok Nagari Plosokuning saja yang sampai
saat ini masih mempertahankan bentuk aslinya. Keaslian Masjid Pathok Nagari
Plosokuning dapat terlihat pada bagian atap di mana di atasnya terdapat mahkota
gada bersulur yang terbuat dari tanah liat, dan sampai sekarang masih terpasang
di puncak atap masjid. Dulu, penutup atap masjid menggunakan sirap namun atap
sirap ini kemudian diganti dengan genteng pada tahun 1946.
Pada
momen-momen tertentu, di masjid ini juga dilaksanakan kegiatan keagamaan yang
diikuti oleh keluarga keraton, semisal tradisi Bukhorenan. Tradisi ini sudah
menjadi bagian dari tradisi keraton yang lestari hingga sekarang. Maksud dan
tujuannya tidak lain adalah untuk mengkaji ajaran dan tuntunan Nabi dengan
membaca dan memahami hadist-hadist yang terdapat dalam Sahih Bukhari
Foto : Muhammad Husein
Subscribe to:
Posts (Atom)